Gotong royong. Mungkin banyak orang sudah tahu bahkan mengerti tentang kata atau kalimat ini. Namun tidak sedikit pula dalam pelaksanaannya semangat gotong royong ini disalah artikan atau dilaksanakan dalam wujud atau bentuk yang salah.
Contoh yang paling sederhana dan terlihat secara jelas tentang wujud pemahaman gotong royong yang salah tersebut adalah saat dimana para petinggi / pejabat negara saling bergotong royong melakukan tindakan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) untuk meraup uang negara secara tidak sah demi mengisi kantong -kantong pribadinya, keluarga atau kroni (bagi orang-orang terdekatnya).
Profesionalisme yang telah di nilai oleh negara dengan memberikan penghasilan tinggi ternyata masih saja kurang, kurang dan kurang. Sementara di sisi lain, rakyat semakin terhimpit dalam beban kehidupannya.
Saya juga menyadari dan memahami bahwa untuk mencapai tingkat atau level tinggi, seseorang tidak melakukannya dengan mudah. Ada banyak hambatan, tantangan, dan rintangan. Namun itulah liku-liku dalam proses pencapaiannya.
Ketika kesuksesan tersebut mampu di raih, selanjutnya apa yang akan dilakukan?
Seseorang akan mudah berbicara ketika ia mampu menjadi panutan bagi orang lain. Tetapi manusia itu tidak akan pernah sama antara satu dengan yang lainnya. Jelas akan ada perbedaan hambatan dan rintangan untuk mencapai sebuah kesuksesan, terlebih dengan adanya perbedaan zaman.
Hal ini yang di pahami oleh seorang putra bangsa dari Magetan Jawa Timbur yang lahir pada tahun 1951. Dahlan Iskan, itulah nama beliau. Terlepas dari apakah karena saat itu beliau ingin mencalonkan diri sebagai kandidat Calon Presiden, sehingga tindakan / aktivitas sosial yang beliau lakukan saat ini tersorot media, tetapi satu hal yang saya pahami adalah apa yang pak Dahlan lakukan saat ini merupakan wujud implementasi arti Gotong Royong yang benar.
Bukan hanya melalui kata-kata beliau memberikan motivasi kepada masyarakat, tetapi melalui tindakan nyata yang sungguh-sungguh mulia, dimana salah satu bentuk perwujudan implementasi tindakan beliau adalah dengan memberikan beasiswa (pembebasan biaya studi 100%) bagi 900 orang yang mahasiswa di Surya University.
Penghasilan yang beliau dapatkan selama ini di sumbangsihkan untuk memberikan dukungan biaya pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Menurut kacamata saya, inilah jiwa nasionalis, jiwa seorang negarawan sejati.
Bukan hanya melalui kata-kata beliau memberikan motivasi kepada masyarakat, tetapi melalui tindakan nyata yang sungguh-sungguh mulia, dimana salah satu bentuk perwujudan implementasi tindakan beliau adalah dengan memberikan beasiswa (pembebasan biaya studi 100%) bagi 900 orang yang mahasiswa di Surya University.
Penghasilan yang beliau dapatkan selama ini di sumbangsihkan untuk memberikan dukungan biaya pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Menurut kacamata saya, inilah jiwa nasionalis, jiwa seorang negarawan sejati.
Comments
Post a Comment