Skip to main content

Setelah 22 Juli 2014 "Ambilah Yang Baik dan Tinggalkan Yang Buruk".

46,85 % berbanding 53,15 %, itulah hasil hitung resmi Komisi Pemilihan Umum tentang prosentase suara rakyat yang memilih pasangan Prabowo-Hatta versus Jokowi-JK. Keunggulan 6,30 % suara untuk Pasangan Calon Presiden nomor urut 2 (dua) Jokowi-JK, menjadi pasangan ini sebagai Capres dan Cawapres Indonesia terpilih periode 2014-2019. 

Aksi Walk Out oleh Tim Pemenangan pasangan nomor urut 1 (satu) Prabowo-Hatta saat hampir rampungnya perhitungan suara di gedung Komisi Pemilihan Umum Pusat Jakarta tanggal 22 Juli 2014 memberikan pandangan kurang sedap dalam proses pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 ini.
Adanya indikasi kecurangan pada proses demokrasi yang di yakini oleh pasangan nomor urut satu, tidak serta merta mengguggurkan hasil pemilu presiden tahun 2014 ini.

Saya meyakini, dalam setiap pertandingan pasti ada rasa ketidakpuasan baik secara personal maupun secara team. Hal ini sama seperti final pertandingan sepak bola, dimana ketidakpuasan itu akan hadir mendera setiap pemain, pelatih, offisial dan bahkan penonton (pendukung) masing-masing team. Ketidakpuasan tersebut menghadirkan spekulasi baik dalam skala kecil ataupun besar. Spekulasi tersebut condong kearah untuk menyalahkan salah satu atau beberapa bagian dari proses pertandingan itu sendiri.

Namun apapun itu, pertandingan telah usai. Semuanya harus berjalan kembali ke posisi masing-masing dan bersama-sama menghadapi seluruh tantangan di waktu-waktu selanjutnya. Kepentingan, persatuan dan kesatuan bangsa serta negara harus lebih diutamakan. Dan satu hal yang harus kita lakukan setelah tanggal 22 Juli 2014 yaitu "Ambillah Yang Baik dan Tinggalkan Yang Buruk".

Secara pribadi melalui blog ini saya sebagai bagian dari warga negara Indonesia menyampaikan ucapan selamat kepada bapak Joko Widodo dan bapak Jusuf Kalla yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Semoga Amanat Rakyat Indonesia yang dibawa oleh bapak berdua untuk menjadikan "Indonesia Lebih Baik" dapat dilaksanakan dengan baik sehingga mampu mengharumkan nama bangsa dimata dunia.
Dan kepada bapak Prabowo Subianto serta bapak Hatta Rajasa, kekalahan yang hanya 6,3 % suara rakyat ini menjadikan acuan bahwa bapak berdua juga di cintai oleh rakyat Indonesia, yang artinya kekalahan ini tidak harus membuat saudara berdua melipat tangan serta tidak ikut membantu mengurus Republik Indonesia ini melainkan dengan cara-cara lain tetap ikut membantu, mendukung membangun bangsa dan negara Indonesia menjadi negara yang maju dan kuat.

Satu kutipan dari bapak Joko Widodo yang harus kita apresiasikan yaitu "Tidak ada lagi Satu dan Dua. Kini saatnya Nomor Tiga atau Salam Tiga Jari - Persatuan Indonesia".

Comments

Popular posts from this blog

Jelang Pilpres 2014, Bagaimana Analisis Politik dari Blogger?

Pasca pemilu legislatif 2014, banyak tokoh-tokoh politik, pengamat politik, lembaga survey mulai menganalisa langkah-langkah politik menjelang pemilu presiden 2014 bulan Juli mendatang. Hal ini dapat kita lihat di berbagai media elektronik dan online, berita mengenai analisa politik marak diberitakan. Para pengamat politik terkenal pun di hadirkan untuk mengulas tentang analisa politik menjelang Pilpres 2014.  Sebagai blogger yang merupakan masyarakat akar rumput, saya juga ingin memberikan sedikit analisis politik tentang peta kekuatan untuk menghadirkan calon presiden dan wakil presidennya yang benar-benar menjual di mata masyarakat Indonesia. Apa kata Penho? berikut analisa politik Pilpres 2014. KOALISI PARTAI POLITIK Koalisi partai politik hanya berlaku untuk mendapatkan persentase batasan boleh menghadirkan capres dan cawapres. Sementara untuk peta kekuatan dalam pemenangan capres dan cawapres terletak pada figur calon itu sendiri. FIGUR CALON Hari ini jujur s

Pro dan Kontra Rencana Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD

Mencuatnya usulan bahwa Pemilihan Kepala Daerah hanya akan di pilih oleh para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah saat ini ternyata bukan hanya sebatas isu belaka melainkan sedang dibahas oleh Panja RUU Pilkada dengan Kementrian Dalam Negeri. Usulan yang di dominasi oleh partai koalisi (Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP dan PAN) telah menuai banyak pro dan kontra baik di kalangan elit politik, pakar hukum, dan bahkan masyarakat. " Pemilihan Kepala Daerah secara demokrasi oleh seluruh warga negara di daerah sangat rentan dengan timbulnya konflik. Disamping itu Anggaran Dana untuk proses Pilkada langsung akan sangat besar dan tak dapat di pungkiri pula bahwa seorang calon kepala daerah akan mengeluarkan dana yang saya kira lima kali lebih besar ketimbang jika dilakukan dengan cara pemilihan oleh DPRD.".. Kalimat bercetak miring diatas merupakan alasan timbulnya pemikiran para elit partai politik yang berkoalisi (Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP dan PAN). Sebagai bagian

Hubungan tidak harmonis, Indonesia - Australia sama-sama rugi

Berita seputar penyadapan yang dilakukan oleh pemerintah Australia terhadap Presiden SBY selaku kepala Negara dan para petinggi negara Indonesia tidak dapat di tolerir. Melalui menteri luar negeri, pemerintah Indonesia meminta kepada pihak pemerintah Australia agar segera meminta maaf atas tindakan ini. Sementara itu melalui perdana menterinya, negara Kangguru ini menyatakan bahwa mereka tidak akan meminta maaf atas penyadapan yang telah mereka lakukan karena tindakan penyadapan tersebut adalah untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara Australia. Hubungan baik yang telah terjalin lama antara dua negara ini terancam gagal akibat tindakan yang menurut pemerintah Indonesia sangat tidak terpuji dan merusak hubungan tukar menukar informasi intelijen serta hubungan lainnya antar kedua negara. Penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia tersebut merupakan respon ketidakpuasan atas tukar menukar informasi intelijen kedua negara. Hal ini menjadi sangat jelas bahwa pemerintah Austral