Skip to main content

Anak Tangga itu masih lapuk - Mimpi Elit Politik

Banyak petinggi partai di pusat meyakini bahwa kepengurusan di semua provinsi, kabupaten dan kota akan menjamin bahwa 2014 mendatang partainya akan mampu mendulang suara yang signifikan. 

Saat ini dari sisi rekrutmen pengurus partai di berbagai daerah sebenarnya hanya mengandalkan orang-orang lokal tanpa adanya tim khusus penyaringan yang dibentuk guna memperoleh pengurus yang benar-benar kompeten di daerahnya. Alhasil, yang sering ditemui sekarang adalah para pengurus partai yang notabene kalah dalam hal kepercayaan masyarakat ataupun para elit politik yang di depak dari partai lain.
Lebih parah lagi, di dalam lingkungan daerahnya atau RT/RW nya, sudah banyak orang yang tidak menyukai pribadi pengurus partai tersebut. Suka nyabu, judi, atau bermain dengan perempuan.

Ini banyak terjadi di daerah-daerah yang sangat sulit dipantau oleh para petinggi partai di pusat. Tidak heran jika masih dalam tahap pencalonan, ada oknum caleg yang tertangkap sedang nyabu atau selingkuh.

Ketika saya menonton acara di televisi, bagaimana saya melihat begitu tingginya semangat dan tekad para ketua umum partai politik untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik dari saat ini ketika mereka nantinya dipercayakan rakyat menjadi perahu terbaik dalam kancah politik.

Hal ini juga terjadi ketika partai Demokrat yang dipimpin SBY menang dalam dua periode Pemilu di Indonesia. Semangat dan tekad yang besar di sampaikan SBY dalam pidato kampanyenya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan negaranya sama dengan yang dilakukan oleh para pemimpin partai lain saat ini. Tetapi setelah dipercayakan oleh masyarakat, ternyata dominasi partai Demokrat justru telah banyak menciptakan koruptor yang kesemuanya merupakan pengurus dan kader partai itu sendiri.

Ibarat sebuah tangga, ketika mimpi para ketua umum partai politik yang tulus dan suci ini tidak dibarengi dengan anak tangga yang kokoh (lapuk), maka mimpi itu tidak akan pernah terwujud menjadi sebuah kenyataan.

Sebagai warga negara saya hanya berangan-angan, kapan waktunya partai politik benar-benar menjadi sebuah tangga yang kokoh dari pusat sampai ke daerahnya dengan kader-kader yang benar-benar memiliki satu visi, satu misi, kokoh, jujur dan mempunyai jiwa nasionalisme tinggi dalam membangun negara ini ?

Comments

Popular posts from this blog

Pro dan Kontra Rencana Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD

Mencuatnya usulan bahwa Pemilihan Kepala Daerah hanya akan di pilih oleh para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah saat ini ternyata bukan hanya sebatas isu belaka melainkan sedang dibahas oleh Panja RUU Pilkada dengan Kementrian Dalam Negeri. Usulan yang di dominasi oleh partai koalisi (Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP dan PAN) telah menuai banyak pro dan kontra baik di kalangan elit politik, pakar hukum, dan bahkan masyarakat. " Pemilihan Kepala Daerah secara demokrasi oleh seluruh warga negara di daerah sangat rentan dengan timbulnya konflik. Disamping itu Anggaran Dana untuk proses Pilkada langsung akan sangat besar dan tak dapat di pungkiri pula bahwa seorang calon kepala daerah akan mengeluarkan dana yang saya kira lima kali lebih besar ketimbang jika dilakukan dengan cara pemilihan oleh DPRD.".. Kalimat bercetak miring diatas merupakan alasan timbulnya pemikiran para elit partai politik yang berkoalisi (Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP dan PAN). Sebagai bagian

Ternyata Tak Semua Pejabat Takut dengan Media

Siapa yang tidak kenal Bolot. Salah satu pelawak terkenal Indonesia yang memerankan adegan lawak sebagai orang yang kurang awas pendengarannya. Ketika ia bertanya kepada pelawak lain, lalu di jawab oleh teman lawaknya, maka yang sering kita saksikan adalah pertanyaan tersebut kembali di ulang oleh Bolot. Akhirnya dalam adegan selanjutnya, lawan main si Bolot menjadi marah. Di sinilah letak nilai kelucuan dan keluguan Bolot yang melahirkan tawa dari para penonton. Inilah yang terjadi dalam dunia nyata ketika Wakil Gubernur DKI Jakarta kesal atas pertanyaan berulang-ulang dari seorang presenter salah satu televisi swasta di Indonesia. Ahok menganggap pertanyaan tersebut hanya menyita waktu aktivitas kerjanya sebagai abdi masyarakat. Tayangan acara interview yang telah diunggah ke situs youtube ini telah banyak di tonton dan di komentari oleh masyarakat pengguna internet. Kekesalan Ahok hampir mirip dengan adegan lawan main si Bolot dalam lawakannya. Salah satu media televisi ini

Akanlah HUT RI ke 69 Akan Tercoreng

Saya akan mulai dengan kalimat "Akan kah peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2014 ini akan tercoreng dengan adanya agenda sidang Sengketa Pemilu Presiden?". Telah kita ketahui bersama bahwa hampir seluruh mata warga negara Indonesia dan bahkan dunia sedang tertuju pada satu agenda yang katanya merupakan bagian dari demokrasi di Indonesia yaitu "proses persengketaan pemilu presiden di Mahkamah Konstitusi. Agenda sidang yang hasil akhirnya akan diputuskan oleh sembilan orang hakim konstitusi pada tanggal 22 Agustus mendatang sampai saat ini masih terus berlangsung. Dakwaan tahapan pemilu menurut pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut satu yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masiv oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang kemudian di rasa merugikan paslon presiden dan wakil presiden nomor urut satu ini benar-benar menghambat proses demokrasi yang seharusnya berjalan dengan baik. Sementara itu tidak lama lagi rakyat