Skip to main content

Mencari Sang Pengendali System

Pelayan publik saat ini mempunyai sifat manja karena selalu dimanjakan walaupun sistem yang dibuat sudah luar biasa bagusnya. Pelaksanaan dari sistem tersebut tidak berjalan karena baik pemimpin ataupun orang-orang yang dipimpinnya selalu melanggar koridor sistem tersebut. Memang pada dasarnya sistem tersebut mempunyai konsekuensi jika terjadi pelanggaran, tetapi karena pihak pembuat sistem dan pelaksana sistem tidak mematuhi sistem yang mereka buat, maka pada akhirnya sistem hanyalah sebuah sistem tanpa ada fungsinya.

Pada dasarnya tidak semua pelaku sistem yang berbuat demikian. Akan tetapi jika pusat pengendali sistem tersebut tidak mematuhi sistem yang ada, maka secara otomatis pelaksana sistem juga akan berbuat yang sama. Rapuhnya para pengendali sistem terkadang membuat orang berlomba-lomba ingin menjadi pengendalinya. Dan untuk mencapai keinginan menjadi pengendali sistem tersebut sangatlah mudah, karena hal tersebut dapat di capai melalui jalan diluar sistem. Jadi janganlah heran jika suatu waktu, pengendali sistem tersebut adalah orang-orang yang tidak memahami sistem itu sendiri.

Lalu bagaimana cara menjaga suatu sistem agar dapat berjalan dengan baik dan tepat ?

Di saat kepercayaan rakyat menurun terhadap para wakilnya sebagai pengawas pelaksanaan sistem, sebuah media dapat menjadi tulang punggung untuk memantau dan mengawasi sistem tersebut. Hal ini karena media bersifat terbuka tanpa ada sekat-sekat yang menutupinya sehingga masyarakat bisa memantau langsung aktivitas sistem tersebut. Sementara para wakilnya yang pada tiap lima tahun sekali akan dipilih, rakyat tidak dapat memantau langsung bagaimana proses para wakil tersebut mengawasi sistem tersebut karena ada sekat yang tidak dapat di pantau dan di nilai langsung oleh rakyat.
Ketika sistem tersebut dapat dipantau langsung oleh rakyatnya, maka secara otomatis mereka dapat mempelajari tipe-tipe calon pengendali sistem yang tepat untuk menjalankan sistem tersebut.

Saat ini saya merupakan pengagum dua sosok pengendali sistem di Ibukota Jakarta walaupun sebenarnya saya bukan warga yang tinggal di daerah tersebut. Jokowi dan Ahok menurut penilaian saya merupakan pengendali dan pelaksana sistem yang tepat. Dukungan rakyat telah menjadi tameng utama bagi kedua orang ini dalam menjalankan sistem tersebut sesuai dengan formatnya.

Satu hal yang paling penting ketika hadirnya dua orang benar-benar fokus menjalankan konstitusi (sistem) ini adalah sebuah pelajaran bagi para politikus bahwa kekuasaan tertinggi benar-benar berada di tangan rakyat. 


Comments

Popular posts from this blog

Pro dan Kontra Rencana Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD

Mencuatnya usulan bahwa Pemilihan Kepala Daerah hanya akan di pilih oleh para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah saat ini ternyata bukan hanya sebatas isu belaka melainkan sedang dibahas oleh Panja RUU Pilkada dengan Kementrian Dalam Negeri. Usulan yang di dominasi oleh partai koalisi (Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP dan PAN) telah menuai banyak pro dan kontra baik di kalangan elit politik, pakar hukum, dan bahkan masyarakat. " Pemilihan Kepala Daerah secara demokrasi oleh seluruh warga negara di daerah sangat rentan dengan timbulnya konflik. Disamping itu Anggaran Dana untuk proses Pilkada langsung akan sangat besar dan tak dapat di pungkiri pula bahwa seorang calon kepala daerah akan mengeluarkan dana yang saya kira lima kali lebih besar ketimbang jika dilakukan dengan cara pemilihan oleh DPRD.".. Kalimat bercetak miring diatas merupakan alasan timbulnya pemikiran para elit partai politik yang berkoalisi (Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP dan PAN). Sebagai bagian

Ternyata Tak Semua Pejabat Takut dengan Media

Siapa yang tidak kenal Bolot. Salah satu pelawak terkenal Indonesia yang memerankan adegan lawak sebagai orang yang kurang awas pendengarannya. Ketika ia bertanya kepada pelawak lain, lalu di jawab oleh teman lawaknya, maka yang sering kita saksikan adalah pertanyaan tersebut kembali di ulang oleh Bolot. Akhirnya dalam adegan selanjutnya, lawan main si Bolot menjadi marah. Di sinilah letak nilai kelucuan dan keluguan Bolot yang melahirkan tawa dari para penonton. Inilah yang terjadi dalam dunia nyata ketika Wakil Gubernur DKI Jakarta kesal atas pertanyaan berulang-ulang dari seorang presenter salah satu televisi swasta di Indonesia. Ahok menganggap pertanyaan tersebut hanya menyita waktu aktivitas kerjanya sebagai abdi masyarakat. Tayangan acara interview yang telah diunggah ke situs youtube ini telah banyak di tonton dan di komentari oleh masyarakat pengguna internet. Kekesalan Ahok hampir mirip dengan adegan lawan main si Bolot dalam lawakannya. Salah satu media televisi ini

Akanlah HUT RI ke 69 Akan Tercoreng

Saya akan mulai dengan kalimat "Akan kah peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2014 ini akan tercoreng dengan adanya agenda sidang Sengketa Pemilu Presiden?". Telah kita ketahui bersama bahwa hampir seluruh mata warga negara Indonesia dan bahkan dunia sedang tertuju pada satu agenda yang katanya merupakan bagian dari demokrasi di Indonesia yaitu "proses persengketaan pemilu presiden di Mahkamah Konstitusi. Agenda sidang yang hasil akhirnya akan diputuskan oleh sembilan orang hakim konstitusi pada tanggal 22 Agustus mendatang sampai saat ini masih terus berlangsung. Dakwaan tahapan pemilu menurut pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut satu yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masiv oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang kemudian di rasa merugikan paslon presiden dan wakil presiden nomor urut satu ini benar-benar menghambat proses demokrasi yang seharusnya berjalan dengan baik. Sementara itu tidak lama lagi rakyat