Skip to main content

Deklarasi Capres - Cawapres 2014

Hari ini, setelah mendengar deklarasi kandidat Capres PDI Perjuangan dan Partai Gerindra tentang siapa cawapres yang akan mendampingi Jokowi dan Prabowo, akhirnya mendasari tulisan saya terdahulu tentang analisa politik jelang Pilpres Juli 2014 mendatang, saya mengambil kesimpulan bahwa kedua Capres dari masing-masing partai politik ini (PDI Perjuangan dan GERINDRA) melegitimasikan Cawapresnya kepada partai politik tanpa membuat sendiri karakter cawapres yang cocok untuk membantunya jika terpilih nantinya.

Baik Jokowi dan Partai Koalisinya maupun Prabowo dan Partai Koalisinya menurut kacamata saya sama-sama kurang tepat dalam memilih Cawapresnya, sehingga peta kekuatan dalam memenangkan pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 ini kembali beradu pada dua tokoh utama yaitu Jokowi dan Prabowo. Presentase akhirnya dalam taraf 50 berbanding 50 atau seimbang.

Jusuf Kalla dalam kacamata saya justru memiliki karakteristik yang sama dengan Jokowi sehingga dua tokoh ini tidak saling mengisi sebagaimana saat Jokowi dipasangkan dengan Ahok pada Pilgub DKI yang lalu. Sementara dari Kubu Gerindra, masuknya Hatta Rajasa mendampingi Prabowo justru tidak mendongkrak popularitas Prabowo karena  Hatta Rajasa merupakan salah satu bagian dari pemerintahan era Partai Demokrat yang dianggap gagal oleh masyarakat dalam memimpin bangsa ini walaupun Hatta Rajasa berasal dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Menurut pendapat saya, kelemahan PDI Perjuangan dan Koalisinya tidak dimanfaatkan Prabowo untuk memilih cawapes yang tepat guna mengambil hati masyarakat Indonesia.

Saya berpendapat, kemenangan akhirnya ditentukan oleh para pengurus partai Akar Rumput yang benar-benar loyal terhadap hasil deklarasinya nantinya. Saya mengatakan demikian karena sangat mungkin pengurus masing-masing partai yang berada di akar rumput bisa tidak sejalan dengan hasil putusan dari petinggi partai di pusat. Artinya, hasil Pileg yang lalu bukan menjadi standar patokan presentase suara rakyat dalam Pilpres Juli mendatang.

Siapakah yang akan menang? yang jelas prediksi saya perolehan suara akan terpaut sangat tipis dan baik Prabowo ataupun Jokowi sama-sama harus berjuang keras untuk memenangkan hati rakyat.

(Ini hanyalah sebatas opini saya pribadi berdasarkan logika saja!)

Comments

Popular posts from this blog

Pro dan Kontra Rencana Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD

Mencuatnya usulan bahwa Pemilihan Kepala Daerah hanya akan di pilih oleh para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah saat ini ternyata bukan hanya sebatas isu belaka melainkan sedang dibahas oleh Panja RUU Pilkada dengan Kementrian Dalam Negeri. Usulan yang di dominasi oleh partai koalisi (Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP dan PAN) telah menuai banyak pro dan kontra baik di kalangan elit politik, pakar hukum, dan bahkan masyarakat. " Pemilihan Kepala Daerah secara demokrasi oleh seluruh warga negara di daerah sangat rentan dengan timbulnya konflik. Disamping itu Anggaran Dana untuk proses Pilkada langsung akan sangat besar dan tak dapat di pungkiri pula bahwa seorang calon kepala daerah akan mengeluarkan dana yang saya kira lima kali lebih besar ketimbang jika dilakukan dengan cara pemilihan oleh DPRD.".. Kalimat bercetak miring diatas merupakan alasan timbulnya pemikiran para elit partai politik yang berkoalisi (Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP dan PAN). Sebagai bagian

Ternyata Tak Semua Pejabat Takut dengan Media

Siapa yang tidak kenal Bolot. Salah satu pelawak terkenal Indonesia yang memerankan adegan lawak sebagai orang yang kurang awas pendengarannya. Ketika ia bertanya kepada pelawak lain, lalu di jawab oleh teman lawaknya, maka yang sering kita saksikan adalah pertanyaan tersebut kembali di ulang oleh Bolot. Akhirnya dalam adegan selanjutnya, lawan main si Bolot menjadi marah. Di sinilah letak nilai kelucuan dan keluguan Bolot yang melahirkan tawa dari para penonton. Inilah yang terjadi dalam dunia nyata ketika Wakil Gubernur DKI Jakarta kesal atas pertanyaan berulang-ulang dari seorang presenter salah satu televisi swasta di Indonesia. Ahok menganggap pertanyaan tersebut hanya menyita waktu aktivitas kerjanya sebagai abdi masyarakat. Tayangan acara interview yang telah diunggah ke situs youtube ini telah banyak di tonton dan di komentari oleh masyarakat pengguna internet. Kekesalan Ahok hampir mirip dengan adegan lawan main si Bolot dalam lawakannya. Salah satu media televisi ini

Akanlah HUT RI ke 69 Akan Tercoreng

Saya akan mulai dengan kalimat "Akan kah peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2014 ini akan tercoreng dengan adanya agenda sidang Sengketa Pemilu Presiden?". Telah kita ketahui bersama bahwa hampir seluruh mata warga negara Indonesia dan bahkan dunia sedang tertuju pada satu agenda yang katanya merupakan bagian dari demokrasi di Indonesia yaitu "proses persengketaan pemilu presiden di Mahkamah Konstitusi. Agenda sidang yang hasil akhirnya akan diputuskan oleh sembilan orang hakim konstitusi pada tanggal 22 Agustus mendatang sampai saat ini masih terus berlangsung. Dakwaan tahapan pemilu menurut pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut satu yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masiv oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang kemudian di rasa merugikan paslon presiden dan wakil presiden nomor urut satu ini benar-benar menghambat proses demokrasi yang seharusnya berjalan dengan baik. Sementara itu tidak lama lagi rakyat